Merindukan seorang kekasih
Kumerindu seorang kekasih
Oleh: Havid Mustofa
Oleh: Havid Mustofa
Malam ini hujan tak turun lagi. Gemerlap bintang gemintang menghiasi langit malam. Begitu jelas ku telanjangi cahaya-cahaya yang tampak di antara warna gelap. Dengan duduk bersila di tanah lapang, kumemandang indahnya ribuan cahaya bintang. Kubayangkan dirimu juga memandang langit yang sama, seperti yang saya pandang di malam ini. Lalu, kita sama-sama menunjuk dan menghubungkan bintang ke bintang sehingga membentuk inisial huruf dari nama kita
Entah kenapa, malam ini rindu kembali menghampiriku. Kenangan-kenangan yang terlalu banyak menyulitkan aku untuk melupakanmu. Dan kenangan itu, malam ini kembali terputar dalam ingatanku. Ah, bolehkah aku melanggar sebuah janji? Aku ingin sekali lagi mencintaimu, berharap sekali untuk terakhir kalinya dan selamanya.
Dinginnya malam mengingatkanku tentang kenangan pada malam itu. Malam saat dirimu meninggalkanku. Pada malam itu aku kesulitan mengendalikan emosi ku, sehingga keluar ucapan-ucapan yang tak seharusnya saya ucapkan, saya menyesal. Disaksikan air mata yang meleleh dan menetes melewati kedua pipimu, bibirmu bergerak melantunkan kalimat-kalimat yang memisahkan kita. Malam itu, aku membuatmu menangis. Dengan membawa tangisan dan kekecewaanmu, kamu membalikkan badan untuk meninggalkanku. Kupandangi dirimu dari belakang bergerak semakin jauh dari tempat ku berdiri. Perlahan air mata yang membeku di kedua mataku mencair membasahi pipiku. Mataku terus memandang rambut hitammu dari belakang, berharap kepala itu menoleh untuk memandangku. Namun dirimu semakin memantapkan langkahmu untuk terus berjalan menuju tempat yang bisa menenangkan mu. Malam itu saya kehilangan seorang pelengkap dari kekuranganku.
Betapa singkatnya waktu yang kita punya. Kita hidup bersama selama satu bulan. Saat aku melihatmu tertawa, menangis, sedih, bahagia, saat itulah saya merasa sangat mengenal mu. Cerita mu tentang keluargamu membuatku merasa sudah akrab dengan keluargamu. Banyak yang aku suka dari dirimu, aku suka melihat wajah cemberutmu, suka melihat wajah ceria mu, suka melihat tawa riangmu, suka melihat tingkah mu yang kekanak-kanakan, suka melihat sikapmu yang mudah ngambek. Tapi ada satu yang saya tidak suka, aku tidak suka melihatmu menangis. Dan malam itu saya membuatmu menangis, sesuatu yang sangat tidak kusukai.
Nona, apakah malam ini kamu merindukanmu? Apakah kamu masih mencintaiku? Apakah masih ada tempat di hatimu untukku?
Nona, aku ingin mencintaimu sekali lagi. Izinkan aku menjadi pria yang tidak akan melukaimu lagi. Nona, aku ingin memberitahumu, aku masih berdiri disini menunggu dirimu. Tak peduli seberapa lama, aku tidak akan pergi kemanapun.
Nona, aku masih suka caramu memanggil namaku.
Komentar
Posting Komentar