Bintang Laut Sejati
Bintang
Laut Sejati
Oleh:
Havid Mustofa
Pagi itu tampak cerah
sekali. Terlihat mentari mulai menampakkan diri diantara rimbunnya dedaunan.
Langit pun tak mau ketinggalan memperlihatkan senyumannya yang biru. Tampak
awan putih melengkapi pagi yang cerah tersebut. Udara di pagi hari
menampar-nampar wajah yang mengakibatkan sejuknya udara pagi. Anak-anak
berkejaran membuntuti nelayan yang baru pulang dari hotel apung lautan. Keranjang-keranjang
berisi ikan tak ketinggalan menghiasi suasana pagi hari di kampung nelayan.
Deburan ombak pantai senantiasa menjadi nyanyian merdu yang alunan setiap nada
ombak sangatlah menenangkan jiwa. Ombak layaknya seorang sahabat yang tak
pernah mengenal lelah untuk menghibur masyarakat kampung nelayan.
“kriieekk” terdengar
suara pintu bambu yang sedang terbuka. Muncul seorang anak kecil berseragam
pramuka. Dia adalah Andi siswa kelas 2 SMP Negeri Klakah. Keluarga Andi adalah
keluarga nelayan yang hidup sederhana. Ayahnya adalah seorang nelayan. Ibunya
seorang pengangguran setelah menderita lumpuh kaki sejak 5 tahun silam.
Walaupun Andi hidup ditengah keluarga yang sederhana, semangat sekolah Andi sangatlah
tinggi. Motivasi untuk belajar lebih besar dari pada anak-anak pesisir lainnya.
Dia bercita-cita menjadi anggota TNI angkatan laut. Dengan menjadi anggota TNI
dia ingin menjaga perairan Indonesia agar tidak sering terjadi pencurian ikan.
Dia pun mulai melangkahkan kakinya untuk berangkat sekolah.
Di tengah perjalanan
dia bertemu sahabatnya yang bernama Movi. Sudah menjadi kebiasaan baginya
selalu berangkat sekolah bersama Movi. Keadaan keluarga Movi bisa dibilang
keluarga mampu. Orang tuanya adalah ketua pelabuhan. Andi dan Movi layaknya Upin
dan Ipin yang tidak bisa di pisahkan. Mereka berteman sejak mereka sekolah
dasar. Mereka sudah terbiasa untuk saling menunggu untuk berangkat ke sekolah
bersama. Kadang Andi yang terlalu kepagian sehingga masih menunggu Movi yang
masih mandi. Atau Movi yang menunggu lama Andi karena Andi bangun kesiangan.
Mereka selalu saling mengerti dan mencoba untuk tidak saling memusuhi.
“Mov, PR matematikamu
sudah selesai? Tanya Andi. “sudah dong, gimana dengan PR kamu?” jawab Movi.
“aku sudah mengerjakannya kok, tapi belum tahu apa benar atau salah”. Setiap
pagi berangkat sekolah, Mereka selalu mengobrolkan apa saja hingga sampai pintu
gerbang sekolah. Mereka bilang dengan mengobrol bisa menghilangkan rasa capek 3
km. jarak 3 kilometer mereka tempuh hanya dengan berjalan kaki.
Di dalam kelas mereka
selalu berusaha untuk menjadi siswa terpandai. Namun mereka tidak mudah
mendapatkan peringkat pertama, karena peringkaat pertama selalu di sabet oleh Anita.
Dia adalah anaknya pak haji sugianto. Andi dan Movi biasanya hanya mendapati
peringkat 2 atau 3 bahkan bisa jadi menduduki peringkat 4. Selain siswi pandai,
Anita juga merupakan siswi yang menjadi rebutan bagi siswa-siswa lainnya,
termasuk Andi dan Movi yang juga menyimpan perasaan untuk Anita. Sebenarnya
rumah mereka Andi, Movi, dan Anita sangatlah berdekatan. Mereka satu kampung.
Cuman Anita adalah anaknya orang kaya yang setiap paginya selalu diantar dengan
sepeda motor untuk menuju sekolah. Itulah salah satu mengapa mereka bertiga
tidak setiap hari berangkat ke sekolah dengan bersama-sama.
Hari sudah siang dan Andi
sudah pulang dari sekolahnya. Setelah makan siang dan berganti pakaian, Andi bergegas
meninggalkan rumah dan menuju pelabuhan. “lama banget sih” gerutu Movi yang
melihat Andi nongol di hadapannya. “iya saya minta maaf kawan” jawab Andi.
Seperti biasanya sehabis pulang sekolah mereka selalu membantu orang tuanya di
tempat pelelangan ikan. Mereka berdua membantu menjaga dagangan orang tua
mereka yang lapaknya memang berdekatan. Ketika sedang sepi pembeli, mereka
menggunakan waktu tersebut dengan belajar bersama. Dalam pelajaran, mereka
memiliki keahlian yang berbeda, Andi pintar dalam pelajaran bahasa inggris
sedangkan Movi pintar di dalam mata pelajaran matematika. Mungkin itu salah
satu alasan mengapa mereka sulit meraih peringkat satu. Dalam belajar bersama,
mereka saling melengkapi. Andi mengajarkan bahasa inggris kepada Movi,
sedangkan Movi mengajarkan matematika kepada Andi. Mereka bergantian menjadi
murid dan bergantian pula menjadi guru.
Sebelum sore
menghilang, mereka selalu menyempatkan untuk bermain di pantai. Mereka bukan
sekedar bermain, tetapi mereka juga sekolah sore disana. Mereka menyepakati
bahwa pantai adalah kelas bahasa inggris atau speaking area. Mereka belajar
bahasa inggris disana. Mereka membuat aturan bahwa ketika mereka menginjak
pasir pantai, mereka harus menggunakan bahasa inggris. “mr. Andi, I think the
sky is grey, we have to go home now” Movi mengingatkan ke Andi bahwa hari sudah
mulai gelap.
***
UAS sudah selesai. Hari
itu adalah pengambilan raport. Waktu seperti inilah yang ditunggu-tunggu oleh Andi
dan Movi sekedar untuk melihat hasil belajarnya selama ini. Setelah mendapat
raport, mereka berdua bergegas menuju pantai. Mereka sudah membuat kesepakatan.
Sebagai anak pantai mereka akan membuka raport mereka di pantai. Setelah sampai
di pantai, mereka bertukar raport. Andi membuka raportnya Movi begitu juga
sebaliknya. “eit.. kenapa kita tidak membukanya di tengah laut?” Movi menahan
tangan Andi yang sedang mau membuka raport. “ jangan Mov. Disini saja” jawab Andi
yang sudah tidak sabar ingin mengetahui isi raportnya Movi. “ kita sebagai anak
laut, belajar di laut, membukanya harus dilaut juga dong”. Movi masih ngeyel
ingin membuka raportnya di tengah laut. “ nanti kalau jatuh dan raport kita jadi
basah gimana?” Tanya Andi. Dengan memperlihatkan giginya dan menggaruk
kepalanya, Movi tertawa “hehehe”. dengan hitungan ketiga, mereka serentak
membuka raport hampir bersamaan. “maaf ya ndi, kamu juara 2. Mungkin belum saatnya
kamu menang dariku” Movi dengan PDnya berkata seolah-olah dia yang juara satu.
“hahaha, terimakasih atas juara tiganya kawan, kamu membiarkan aku juara dua”
jawab Andi yang kegirangan karena nilainya meningkat dari semester sebelumnya.
Begitu juga peringkatnya yang melonjak dari juara 4 menjadi juara 2. Movi
tersipu malu karena telah GR dan menyepelekan Andi. Memang di semester-semester
sebelumnya peringkat Movi selalu berada diatasnya Andi. Seperti semester
sebelumnya yang juara 3 adalah Movi, dan Andi mendapat peringkat 4. Andi
berteriak ketengah laut untuk menghempaskan kebahagiaannya. Movi pun ikut
berteriak “ wooooy, kamilah raja lautan”. Sebagai anak laut yang meraih
peringkat 3 besar, mereka berdua layaknya raja lautan.
Masing-masing raport
dikembalikan ke pemiliknya. Andi memegang raport Andi, dan Movi memegang
raportnya sendiri. Mereka melihat nilainya sendiri. Sebenarnya nilai mereka tak
jauh beda, bahkan keduanya nyaris tidak ada nilai 7 kecuali punya Movi. Movi
mendapat nilai 6 di mata pelajaran pendidikan olahraga dan jasmani. Movi memang
kurang suka matapelajaran itu. “hebat kamu ndi” kata Movi. “kamu yang hebat
mov, tanpa bantuan kamu aku tak mungkin mendapat angka 8 di pelajaran
matematika”balas Andi. “kita berdua hebat ndi, hidup anak laut!!”kata Movi.
“hidup!” Andi menimpali perkataan Movi. Hari pun sudah mulai gelap. Andi dan Movi
bergegas meninggalkan pantai untuk pulang ke rumah sederhananya.
“assalamualaikum” Andi membuka
daun pintu dan masuk kedalam rumah kecilnya. “waalaikumsalam, darimana sesore
ini nak” Tanya ibunya. “biasa mak, dari pantai” jawab Andi seraya tersenyum.
“eh nak, tadi Anita datang kesini mencari kamu, katanya kamu meninggalkan dia
di sekolah tadi” kata ibunya. “loh iya ta mak, trus bilang apalagi dia?” Andi menimpali.
“dia hanya bertanya, kamu dapat peringkat berapa gitu. Trus dia mengundang kamu
untuk datang kerumahnya pukul 19.00. keluarganya mengadakan tasyakuran atas
peringkat satu yang di raih oleh Anita” jawab ibunya. Dia menyerahkan raportnya
ke ibunya dan pergi mengambil handuk. Dia pergi mandi.
Setelah solat isya, Andi
berpamitan ke ibunya untuk berangkat ke rumahnya Anita. Terdengar suara Andi di
dalam rumah “mak, aku pamit mau kerumahnya Anita, assalamualaikum” “waalaikumsalam, hati-hati di jalan nak”
jawab ibunya. Terdengar suara pintu terbuka dan di ikuti munculnya kepala Andi yang
keluar dari dalam rumah.
***
“assalamualaikum”
sudah kebiasaan Andi mengucap salam sebelum bertamu. “waalaikumsalam” terdengar
suara perempuan yang menjawab dari dalam rumah. Andi memasuki rumah yang
pintunya sudah terbuka lebar menyambut tamu. “eh nak Andi, sini duduk nak”
ibunya Anita mempersilahkan Andi untuk bergabung. Disitu Andi melihat Movi yang
duduk sambil makan hidangan yang telah disediakan oleh pihak tuan rumah.
Setelah berjabat tangan, Andi duduk di tempat yang kosong. Tepatnya di sebelah Movi.
“loh kamu disini juga mov?” Tanya Andi kepada Movi. “iya ndi, tadi ibuku bilang
kalau aku diundang oleh Anita” jawab Movi.
“nak
Andi, saya dengar peringkatmu naik drastis ya? Dari pringkat 4 naik ke pringkat
2” bapaknya Anita membuka pembicaraan. “iya om, sebenarnya itu terjadi berkat
guru matematikaku yang super om, pak Movi” jawab Andi sambil memegang pundak Movi.
Bapaknya Anita memandang ke Movi. “ hehehe, sebenarknya kami berdua membuat
kelas sehabis sekolah om, kami belajar bareng di tempat pelelangan ikan, dan
juga di pantai om. Aku mengajari matematika kepada Andi, dan Andi mengajariku
bahasa inggris. Begitu ceritnya om” kata Movi. “semester depan kalian harus
juara satu dek, kalahkan itu si Nita” kakaknya Anita ikut nimbrung. Andi dan Movi
hanya tersenyum. Obrolan-obrolan mengalir seperti arus sungai yang tak pernah
berhenti melaju.
Malam sudah larut, Andi
dan Movi berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing. Dengan mengucap salam, Andi
dan Movi meninggalkan rumah Anita. “sering-sering main kesini nak” kata orang
tua Anita. Mereka berdua hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanan. Mereka
berjalan beriringan karena rumah mereka satu arah. Ditengah perjalanan mereka
sibuk membicarakan Anita.
***
Pagi sekali Andi dan Movi
berangkat sekolah dengan membawa raport yang sudah di tanda tangani oleh orang
tuanya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu anak kecil yang menjajakan
dagangannya. Mereka menjumpai anak kecil tersebut sedang jatuh. Andi dan Movi membantu
mengumpulkan jajanan yang tumpah di jalan. “adek tidak apa-apa?” Tanya Andi.
“gak kenapa-kenapa kok kak” jawab anak kecil dengan tersenyum. “siapa namanya
dek?” Movi ikut ngobrol. “Ravi kak, terimakasih sudah membantuku kak” jawab Ravi
dengan wajah polos. “iya dek, sama-sama. Kalau begitu kakak berangkat sekolah
dulu ya dek” jawab Andi seraya pamit untuk meninggalkannya.
Kegiatan
di sekolah hanya mengembalikan raport dan dilanjutkan pengumuman liburan.
Dengan membawa berita libur dua minggu, Andi dan Movi meninggalkan sekolah.
Mereka cepat-cepat menuju rumah. Ditengah perjalanan, mereka berjumpa lagi
dengan Ravi dengan tas yang sudah kosong. Jajan jualannya sudah habis terjual.
“lho, sudah habis dagangannya dek?” Tanya Andi. “sudah kak. Kakak kok sudah
pulang sekolah?” ia dek, tadi Cuma pengembalian raport” jawab Andi sambil
memperlihatkan giginya.
Setelah agak lama
ngobrol dengan Ravi, Andi dan Movi melanjutkan perjalanan pulang ke rumah
masing-masing. Di pertigaan jalan, mereka berpisah. Andi mengambil jalan lurus,
dan Movi belok kanan untuk menuju rumahnya yang sudah dekat. Andi meneruskan
perjalanannya. 50 meter sebelum sampai rumah, Andi melihat sepeda BMX di
halaman rumahnya. Ia mempercepat langkahnya. “assalamualaikum” seperti biasa Andi
selalu mengucap salam. Dan seperti biasa juga, salam itu di jawab oleh sang ibu
karena ayahnya bekerja menjual ikan hasil tangkapannya yang masih belum laku. “sepeda
siapa di depan itu, mak?” Tanya Andi. “sepedamu nak. Tadi pagi bapakmu
membelikannya untukmu sebagai hadiah atas prestasimu” saut ibunya. “terimakasih
mak” setelah mengucap kata tersebut, Andi langsung lari keluar untuk menaiki
sepeda barunya.
Andi bersepeda menuju
tempat ayahnya menjual ikan tangkapannya. Dia bermaksud untuk membantu ayahnya
sekaligus memamerkan sepeda barunya ke Movi. Sebelum sampai tempat ayahnya, ia
di kejutkan dengan suara bel sepeda dari belakang. Andi menoleh dan melihat Movi
bersepeda. “wih, sepeda baru juga?” Andi menyapa dengan pertanyaan. “ia ndi,
hadiah dari bapak. Kamu mau kemana?” Movi bertanya balik. “mau ketempat bapak.
Tadi sih niatnya mau memamerkan sepedaku di hadapanmu” Andi menjawab sambil
tertawa. Ternyata Movi juga lagi ingin pergi ke tempat ayahnya. Mereka
beriringan naik sepeda menuju tempat ayahnya bekerja.
Setelah memarkir sepeda
barunya, mereka bergegas menuju ke ayah masing-masing untuk mencium tangannya
dan berkata terimakasih bapak. Seperti biasanya, mereka membantu orang tuanya
menjual ikan. Hari itu terasa sangatlah lama bagi kedua anak yang sedang punya
mainan baru. Hari itu mereka hanya membantu sebentar dari biasanya. Mereka
berpamitan untuk bermain sepeda mengitari pantai. setelah mencium tangan orang
tuanya, mereka bergegas lari menuju tempat mereka memarkir sepeda barunya.
Di hari-hari liburan
mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersepeda. Namun mereka tidak
melupakan rutinitas untuk bercakap berbahasa inggris setiap harinya. Mereka ngobrol
menggunakan bahasa inggris ketika sedang bersepeda. Dan kini mereka mendapat
gelar bule bersepeda. Warga sekitar yang mendengar mereka berbicara dengan
bahasa inggris, mula-mula menganggap mereka berdua adalah orang gila.
Ketika bersepeda
sendirian, Andi bertemu dengan Ravi. “mau kemana kak?” sapa Ravi. “ga ada dek.
Cuma jalan-jalan biasa” jawab Andi. “ayok mampir kerumah kak” ajak Ravi sambil
tersenyum. Andi pun ikut Ravi ke rumahnya. Setelah sampai di rumah Ravi, Andi baru
tahu kalau Ravi adalah anak yatim piatu. Anak kecil yang berjualan kue tersebut
ditinggal mati kedua orang tuanya semenjak Ravi duduk di kelas 2 SD. Sekarang
dia tinggal bersama neneknya seorang. Ravi bisa melanjutkan sekolah hingga saat
ini, kelas 4, berkat kue buatan neneknya yang dijual oleh Ravi. Ketika Andi bertanya
apakah Ravi tidak malu berjualan, Ravi menjawab bahwa dia tidak pernah malu
untuk menjual kue yang halal, demi mendapat uang yang halal pula. Andi
mengobrol dengan Ravi hingga matahari hampir jatuh ke ufuk barat. Setelah
dirasa cukup mengobrolnya, Andi mohon pamit untuk meninggalkan sang nenek dan
cucu tersebut.
Sore adalah jadwalnya
Andi dan Movi untuk ke pantai. Sore seolah memanggil mereka berdua untuk datang
ke pantai. Mereka berdua tidak pernah meniggalkan sore di pantai, kecuali hari
ini. Mereka berdua harus tidak hadir di pantai di karenakan mereka harus
menjenguk Amir di rumah sakit kota. Mereka menempuh jarak 20 Km dengan
bersepeda.
Dengan jarak yang jauh
tersebut, membuat Andi terlambat pulang ke rumah. Andi sampai di rumah tepat
setelah adzan magrib selesai berkumandang. Andi setengah tidak percaya melihat
rumahnya yang hangus, Andi menampar wajahnya dan berharap bisa bangun dari
mimpinya. Tetapi wajah Andi yang terasa sakit karena tamparannya mengakatakan
bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Andi berlari mencari ibunya dan ia
menemukan ibunya sedang terisak-isak dalam tangis. Setelah Andi berdiri untuk
mencari ayahnya, ibunya menarik tangan Andi. Ibu Andi menunjuk ke arah rumah
yang hangus terbakar. Ibunya mengatakan bahwa ayahnya kejatuhan penyangga rumah
sewaktu mencoba menyelamatkan ibunya. “bapak meninggal bersama rumah tercinta
kita nak” ibu berkata sambil meneteskan air mata kesedihannya. Andi menangis
menyesali karena pulang terlambat.
Hari-hari berikutnya
terasa semakin berat dirasakan oleh Andi. Dia adalah harapan ibunya. Dia
menjadi tulang punggung keluarga. Dia harus menamatkan sekolahnya. Dia harus
menjadi TNI Angkatan Laut untuk mengusir pencuri-pencuri ikan. Semua pikiran
berkecamuk. Tetapi ditengah berkecamuknya pikiran, dia teringat kata-kata
ayahnya. “nak, kamu harus sekolah” kata-kata ayahnya tersebut mengiang-ngiang
di telinga dan merasuk pikirannya yang sedang kacau. Sebelum meninggal dunia,
ayahnya Andi selalu mewanti-wanti Andi agar bisa sekolah setinggi-tingginya
untuk mengangkat martabat kaum nelayan. Itulah yang menjadi motivasi Andi untuk
mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Setelah melakukan sholat istiqharah Andi
memutuskan untuk lanjut sekolah dan menamatkan bangku SMP nya.
Rupanya absen kepantai
tidak hanya terjadi di hari kemarin itu. Hari ini ia absen lagi dikarenakan
membangun rumahnya yang hangus. Sebagian besar materialnya di berikan oleh
keluarga bapaknya Movi dan juga dari keluarganya Anita. Material lainnya di
berikan oleh warga lainnya. Warga sekitar sangat berpartisipasi untuk membantu
membangun kembali rumah keluarga Andi yang hangus dilahap api. Mereka bergotong
royong hingga rumah yang hangus menjadi tegak kembali. Setelah 3 hari rumah di
bangun, maka tegaklah rumah kecil dan baru.
Hari itu sekolah mulai
beraktivitas lagi. tetapi, bagi Andi sekolah hari ini terasa berbeda dari
hari-hari sebelumnya. Ia lebih sibuk dirumah. Ia mulai jarang ke pantai. Dan
juga jarang bertemu dengan Movi. Mereka jadi jarang belajar bersama. Speaking
area berjalan satu minggu sekali. Kelas matematika juga ada ketika guru
matematika memberikan PR. Movi yang merasa kesepian mencoba mendatangi Andi di
rumahnya. Sebelum sampai di rumah Andi, Dari kejauhan Movi melihat Andi yang
sedang bersih-bersih halaman rumah kecilnya.
“assalamualaikum kawan”
sapa Movi. “waalaikumsalam” jawab Andi sambil menaruh alat-alat kebersihannya.
“jarang sekali kau main di tempat pelelangan ikan? Kau juga jarang main ke
pantai?” Movi bertanya. “ ia mov, hari sekarang berbeda dengan hari kemarin.
Aku sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan rumah.” Jawab Andi sambil menundukkan
kepalanya. Dengan memegang pundaknya Andi, Movi berkata “sabar kawan”. Andi
hanya nunduk saja. Melihat kesunyian, Movi berkata lagi. “eh kau kenal Ravi
kan? Aku punya usul bagaimana kalau kau berjualan seperti dia?” Andi diam
sejenak. Memikirkan usulan sahabat karibnya. Lantas ia teringat bukankah dia
yatim piatu? Dia hanya punya nenek, dan Andi punya ibu. Dia teringat kata-kata Ravi
“kenapa harus malu menjual kueku yang halal? Toh aku menjual demi uang halal
juga”. Kata-kata itu menyihir semangat Andi untuk mencoba mengikuti jejak Ravi.
***
Dengan sekeranjang kue,
Andi berangkat ke sekolah. Dia menjajakan kuenya di sepanjang jalan menuju
sekolah. Seperti biasa, Andi dan Movi selalu beriringan manuju sekolah. Movi
juga membantu mempromosikan kuenya Andi. Kelas bahasa inggris ditunda
sementara. Sekolah sambil kerja membuat Andi jarang belajar bareng
Movi.akibatnya nilai semester satu di kelas 3, menjadi turun. Yang semula
meraih peringkat 2 menjadi peringkat 3. Namun ia tak pernah putus asa. Andi
tetap optimis untuk menamatkan sekolah menengahnya.
Semester dua, ibunya
melarang Andi untuk berjualan. “nak, kamu fokus sekolah dulu. Untuk kebutuhan
sehari-hari kita pakai sisa uang tabungan ayahmu dulu” kata ibunya. Tetapi Andi
tetap ngeyel untuk berjualan. “yaudah kalau kamu tetap ingin berjualan, tetapi
jualannya hanya di sekolah saja ya.” Kata ibunya.
***
Hari ini pengumuman
kelulusan. Andi menunggu gurunya lama sekali. Hatinya berdebar-debar. Tepat
pukul 10.00 wib gurunya masuk kelas. Dia duduk di kursi guru. Beliau berdehem
sambil melepaskan kacamatanya. Dibersihkannya kacamata tersebut dengan sapu
tangannya. Samar-samar Andi mendengar temannya menggerutu. “huh, lama sekali
sih”. Sebelum berbicara, pak guru berdehem kembali dan memakai kacamatanya.
Selanjutnya dia berpidato sejenak sebagai pembukaan. Dia mengatakan bahwa dari
semua siswa kelas tersebut ada siswa yang prestasinya naik drastis. Dari luar terdengar
sorak sorai siswa yang sudah keluar duluan. Mereka bersorak merayakan
kelulusannya. Sementara di kelasnya Andi, pak guru masih berpidato. Setelah
selesai berpidato, dia mengambil raport dan membaca nama yang tertera di raport
tersebut. Pak guru mengangkat wajahnya dan memandang kearah Andi duduk. “
Muhammad Andi Mustofa, selamat anda meraih peringkat satu nak. Silahkan maju ke
depan nak” katanya sambil tersenyum. Siswa lainnya mengiringi Andi dengan
tepukan tangan yang meriah. Andi sangat senang mendapat juara satu yang memang
di inginkan sejak masuk sekolah menengah dulu.
Malam harinya keluarga
Anita mengundang Andi untuk datang ke acara selamatan karena kelulusan Anita.
Hampir setiap tahunnya keluarga Anita selalu mengadakan acara syukuran. Syukuran
karena Anita juara satu, syukuran karena Anita naik kelas, dan tahun ini
syukuran kelulusan Anita. Di tengah obrolan, bapaknya Anita mengucapkan selamat
kepada Andi atas peringkat satunya. “nak Andi, nanti kamu melanjutkan ke SMA
Negeri 1 Klakah ya. Barengi Anita disana” bapaknya Anita menawarkan sekolah ke
Andi. “tapi om…” belum selesai Andi ngomong, sudah di potong oleh bapaknya
Anita. Dan dia berkata lagi “masalah biaya nanti om yang tanggung” bapaknya Anita
berkata sambil tersenyum. Andi pun senang sekali, saking senangnya dia cium
tangan Anita yang duduk disampingnya. Muka Anita memerah tersipu malu. Andi pun
minta maaf dan mengucapkan terimakasih kepada ayahnya Anita.
***
Komentar
Posting Komentar