Bintang Laut Sejati

Bintang Laut Sejati
Oleh: Havid Mustofa
Pagi itu tampak cerah sekali. Terlihat mentari mulai menampakkan diri diantara rimbunnya dedaunan. Langit pun tak mau ketinggalan memperlihatkan senyumannya yang biru. Tampak awan putih melengkapi pagi yang cerah tersebut. Udara di pagi hari menampar-nampar wajah yang mengakibatkan sejuknya udara pagi. Anak-anak berkejaran membuntuti nelayan yang baru pulang dari hotel apung lautan. Keranjang-keranjang berisi ikan tak ketinggalan menghiasi suasana pagi hari di kampung nelayan. Deburan ombak pantai senantiasa menjadi nyanyian merdu yang alunan setiap nada ombak sangatlah menenangkan jiwa. Ombak layaknya seorang sahabat yang tak pernah mengenal lelah untuk menghibur masyarakat kampung nelayan.
“kriieekk” terdengar suara pintu bambu yang sedang terbuka. Muncul seorang anak kecil berseragam pramuka. Dia adalah Andi siswa kelas 2 SMP Negeri Klakah. Keluarga Andi adalah keluarga nelayan yang hidup sederhana. Ayahnya adalah seorang nelayan. Ibunya seorang pengangguran setelah menderita lumpuh kaki sejak 5 tahun silam. Walaupun Andi hidup ditengah keluarga yang sederhana, semangat sekolah Andi sangatlah tinggi. Motivasi untuk belajar lebih besar dari pada anak-anak pesisir lainnya. Dia bercita-cita menjadi anggota TNI angkatan laut. Dengan menjadi anggota TNI dia ingin menjaga perairan Indonesia agar tidak sering terjadi pencurian ikan. Dia pun mulai melangkahkan kakinya untuk berangkat sekolah.
Di tengah perjalanan dia bertemu sahabatnya yang bernama Movi. Sudah menjadi kebiasaan baginya selalu berangkat sekolah bersama Movi. Keadaan keluarga Movi bisa dibilang keluarga mampu. Orang tuanya adalah ketua pelabuhan. Andi dan Movi layaknya Upin dan Ipin yang tidak bisa di pisahkan. Mereka berteman sejak mereka sekolah dasar. Mereka sudah terbiasa untuk saling menunggu untuk berangkat ke sekolah bersama. Kadang Andi yang terlalu kepagian sehingga masih menunggu Movi yang masih mandi. Atau Movi yang menunggu lama Andi karena Andi bangun kesiangan. Mereka selalu saling mengerti dan mencoba untuk tidak saling memusuhi.
“Mov, PR matematikamu sudah selesai? Tanya Andi. “sudah dong, gimana dengan PR kamu?” jawab Movi. “aku sudah mengerjakannya kok, tapi belum tahu apa benar atau salah”. Setiap pagi berangkat sekolah, Mereka selalu mengobrolkan apa saja hingga sampai pintu gerbang sekolah. Mereka bilang dengan mengobrol bisa menghilangkan rasa capek 3 km. jarak 3 kilometer mereka tempuh hanya dengan berjalan kaki.
Di dalam kelas mereka selalu berusaha untuk menjadi siswa terpandai. Namun mereka tidak mudah mendapatkan peringkat pertama, karena peringkaat pertama selalu di sabet oleh Anita. Dia adalah anaknya pak haji sugianto. Andi dan Movi biasanya hanya mendapati peringkat 2 atau 3 bahkan bisa jadi menduduki peringkat 4. Selain siswi pandai, Anita juga merupakan siswi yang menjadi rebutan bagi siswa-siswa lainnya, termasuk Andi dan Movi yang juga menyimpan perasaan untuk Anita. Sebenarnya rumah mereka Andi, Movi, dan Anita sangatlah berdekatan. Mereka satu kampung. Cuman Anita adalah anaknya orang kaya yang setiap paginya selalu diantar dengan sepeda motor untuk menuju sekolah. Itulah salah satu mengapa mereka bertiga tidak setiap hari berangkat ke sekolah dengan bersama-sama.
Hari sudah siang dan Andi sudah pulang dari sekolahnya. Setelah makan siang dan berganti pakaian, Andi bergegas meninggalkan rumah dan menuju pelabuhan. “lama banget sih” gerutu Movi yang melihat Andi nongol di hadapannya. “iya saya minta maaf kawan” jawab Andi. Seperti biasanya sehabis pulang sekolah mereka selalu membantu orang tuanya di tempat pelelangan ikan. Mereka berdua membantu menjaga dagangan orang tua mereka yang lapaknya memang berdekatan. Ketika sedang sepi pembeli, mereka menggunakan waktu tersebut dengan belajar bersama. Dalam pelajaran, mereka memiliki keahlian yang berbeda, Andi pintar dalam pelajaran bahasa inggris sedangkan Movi pintar di dalam mata pelajaran matematika. Mungkin itu salah satu alasan mengapa mereka sulit meraih peringkat satu. Dalam belajar bersama, mereka saling melengkapi. Andi mengajarkan bahasa inggris kepada Movi, sedangkan Movi mengajarkan matematika kepada Andi. Mereka bergantian menjadi murid dan bergantian pula menjadi guru.
Sebelum sore menghilang, mereka selalu menyempatkan untuk bermain di pantai. Mereka bukan sekedar bermain, tetapi mereka juga sekolah sore disana. Mereka menyepakati bahwa pantai adalah kelas bahasa inggris atau speaking area. Mereka belajar bahasa inggris disana. Mereka membuat aturan bahwa ketika mereka menginjak pasir pantai, mereka harus menggunakan bahasa inggris. “mr. Andi, I think the sky is grey, we have to go home now” Movi mengingatkan ke Andi bahwa hari sudah mulai gelap.
***
UAS sudah selesai. Hari itu adalah pengambilan raport. Waktu seperti inilah yang ditunggu-tunggu oleh Andi dan Movi sekedar untuk melihat hasil belajarnya selama ini. Setelah mendapat raport, mereka berdua bergegas menuju pantai. Mereka sudah membuat kesepakatan. Sebagai anak pantai mereka akan membuka raport mereka di pantai. Setelah sampai di pantai, mereka bertukar raport. Andi membuka raportnya Movi begitu juga sebaliknya. “eit.. kenapa kita tidak membukanya di tengah laut?” Movi menahan tangan Andi yang sedang mau membuka raport. “ jangan Mov. Disini saja” jawab Andi yang sudah tidak sabar ingin mengetahui isi raportnya Movi. “ kita sebagai anak laut, belajar di laut, membukanya harus dilaut juga dong”. Movi masih ngeyel ingin membuka raportnya di tengah laut. “ nanti kalau jatuh dan raport kita jadi basah gimana?” Tanya Andi. Dengan memperlihatkan giginya dan menggaruk kepalanya, Movi tertawa “hehehe”. dengan hitungan ketiga, mereka serentak membuka raport hampir bersamaan. “maaf ya ndi, kamu juara 2. Mungkin belum saatnya kamu menang dariku” Movi dengan PDnya berkata seolah-olah dia yang juara satu. “hahaha, terimakasih atas juara tiganya kawan, kamu membiarkan aku juara dua” jawab Andi yang kegirangan karena nilainya meningkat dari semester sebelumnya. Begitu juga peringkatnya yang melonjak dari juara 4 menjadi juara 2. Movi tersipu malu karena telah GR dan menyepelekan Andi. Memang di semester-semester sebelumnya peringkat Movi selalu berada diatasnya Andi. Seperti semester sebelumnya yang juara 3 adalah Movi, dan Andi mendapat peringkat 4. Andi berteriak ketengah laut untuk menghempaskan kebahagiaannya. Movi pun ikut berteriak “ wooooy, kamilah raja lautan”. Sebagai anak laut yang meraih peringkat 3 besar, mereka berdua layaknya raja lautan.
Masing-masing raport dikembalikan ke pemiliknya. Andi memegang raport Andi, dan Movi memegang raportnya sendiri. Mereka melihat nilainya sendiri. Sebenarnya nilai mereka tak jauh beda, bahkan keduanya nyaris tidak ada nilai 7 kecuali punya Movi. Movi mendapat nilai 6 di mata pelajaran pendidikan olahraga dan jasmani. Movi memang kurang suka matapelajaran itu. “hebat kamu ndi” kata Movi. “kamu yang hebat mov, tanpa bantuan kamu aku tak mungkin mendapat angka 8 di pelajaran matematika”balas Andi. “kita berdua hebat ndi, hidup anak laut!!”kata Movi. “hidup!” Andi menimpali perkataan Movi. Hari pun sudah mulai gelap. Andi dan Movi bergegas meninggalkan pantai untuk pulang ke rumah sederhananya.
“assalamualaikum” Andi membuka daun pintu dan masuk kedalam rumah kecilnya. “waalaikumsalam, darimana sesore ini nak” Tanya ibunya. “biasa mak, dari pantai” jawab Andi seraya tersenyum. “eh nak, tadi Anita datang kesini mencari kamu, katanya kamu meninggalkan dia di sekolah tadi” kata ibunya. “loh iya ta mak, trus bilang apalagi dia?” Andi menimpali. “dia hanya bertanya, kamu dapat peringkat berapa gitu. Trus dia mengundang kamu untuk datang kerumahnya pukul 19.00. keluarganya mengadakan tasyakuran atas peringkat satu yang di raih oleh Anita” jawab ibunya. Dia menyerahkan raportnya ke ibunya dan pergi mengambil handuk. Dia pergi mandi.
Setelah solat isya, Andi berpamitan ke ibunya untuk berangkat ke rumahnya Anita. Terdengar suara Andi di dalam rumah “mak, aku pamit mau kerumahnya Anita, assalamualaikum”  “waalaikumsalam, hati-hati di jalan nak” jawab ibunya. Terdengar suara pintu terbuka dan di ikuti munculnya kepala Andi yang keluar dari dalam rumah.

***
            “assalamualaikum” sudah kebiasaan Andi mengucap salam sebelum bertamu. “waalaikumsalam” terdengar suara perempuan yang menjawab dari dalam rumah. Andi memasuki rumah yang pintunya sudah terbuka lebar menyambut tamu. “eh nak Andi, sini duduk nak” ibunya Anita mempersilahkan Andi untuk bergabung. Disitu Andi melihat Movi yang duduk sambil makan hidangan yang telah disediakan oleh pihak tuan rumah. Setelah berjabat tangan, Andi duduk di tempat yang kosong. Tepatnya di sebelah Movi. “loh kamu disini juga mov?” Tanya Andi kepada Movi. “iya ndi, tadi ibuku bilang kalau aku diundang oleh Anita” jawab Movi.
            “nak Andi, saya dengar peringkatmu naik drastis ya? Dari pringkat 4 naik ke pringkat 2” bapaknya Anita membuka pembicaraan. “iya om, sebenarnya itu terjadi berkat guru matematikaku yang super om, pak Movi” jawab Andi sambil memegang pundak Movi. Bapaknya Anita memandang ke Movi. “ hehehe, sebenarknya kami berdua membuat kelas sehabis sekolah om, kami belajar bareng di tempat pelelangan ikan, dan juga di pantai om. Aku mengajari matematika kepada Andi, dan Andi mengajariku bahasa inggris. Begitu ceritnya om” kata Movi. “semester depan kalian harus juara satu dek, kalahkan itu si Nita” kakaknya Anita ikut nimbrung. Andi dan Movi hanya tersenyum. Obrolan-obrolan mengalir seperti arus sungai yang tak pernah berhenti melaju.
Malam sudah larut, Andi dan Movi berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing. Dengan mengucap salam, Andi dan Movi meninggalkan rumah Anita. “sering-sering main kesini nak” kata orang tua Anita. Mereka berdua hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanan. Mereka berjalan beriringan karena rumah mereka satu arah. Ditengah perjalanan mereka sibuk membicarakan Anita.
***
Pagi sekali Andi dan Movi berangkat sekolah dengan membawa raport yang sudah di tanda tangani oleh orang tuanya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu anak kecil yang menjajakan dagangannya. Mereka menjumpai anak kecil tersebut sedang jatuh. Andi dan Movi membantu mengumpulkan jajanan yang tumpah di jalan. “adek tidak apa-apa?” Tanya Andi. “gak kenapa-kenapa kok kak” jawab anak kecil dengan tersenyum. “siapa namanya dek?” Movi ikut ngobrol. “Ravi kak, terimakasih sudah membantuku kak” jawab Ravi dengan wajah polos. “iya dek, sama-sama. Kalau begitu kakak berangkat sekolah dulu ya dek” jawab Andi seraya pamit untuk meninggalkannya.
            Kegiatan di sekolah hanya mengembalikan raport dan dilanjutkan pengumuman liburan. Dengan membawa berita libur dua minggu, Andi dan Movi meninggalkan sekolah. Mereka cepat-cepat menuju rumah. Ditengah perjalanan, mereka berjumpa lagi dengan Ravi dengan tas yang sudah kosong. Jajan jualannya sudah habis terjual. “lho, sudah habis dagangannya dek?” Tanya Andi. “sudah kak. Kakak kok sudah pulang sekolah?” ia dek, tadi Cuma pengembalian raport” jawab Andi sambil memperlihatkan giginya.
Setelah agak lama ngobrol dengan Ravi, Andi dan Movi melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Di pertigaan jalan, mereka berpisah. Andi mengambil jalan lurus, dan Movi belok kanan untuk menuju rumahnya yang sudah dekat. Andi meneruskan perjalanannya. 50 meter sebelum sampai rumah, Andi melihat sepeda BMX di halaman rumahnya. Ia mempercepat langkahnya. “assalamualaikum” seperti biasa Andi selalu mengucap salam. Dan seperti biasa juga, salam itu di jawab oleh sang ibu karena ayahnya bekerja menjual ikan hasil tangkapannya yang masih belum laku. “sepeda siapa di depan itu, mak?” Tanya Andi. “sepedamu nak. Tadi pagi bapakmu membelikannya untukmu sebagai hadiah atas prestasimu” saut ibunya. “terimakasih mak” setelah mengucap kata tersebut, Andi langsung lari keluar untuk menaiki sepeda barunya.
Andi bersepeda menuju tempat ayahnya menjual ikan tangkapannya. Dia bermaksud untuk membantu ayahnya sekaligus memamerkan sepeda barunya ke Movi. Sebelum sampai tempat ayahnya, ia di kejutkan dengan suara bel sepeda dari belakang. Andi menoleh dan melihat Movi bersepeda. “wih, sepeda baru juga?” Andi menyapa dengan pertanyaan. “ia ndi, hadiah dari bapak. Kamu mau kemana?” Movi bertanya balik. “mau ketempat bapak. Tadi sih niatnya mau memamerkan sepedaku di hadapanmu” Andi menjawab sambil tertawa. Ternyata Movi juga lagi ingin pergi ke tempat ayahnya. Mereka beriringan naik sepeda menuju tempat ayahnya bekerja.
Setelah memarkir sepeda barunya, mereka bergegas menuju ke ayah masing-masing untuk mencium tangannya dan berkata terimakasih bapak. Seperti biasanya, mereka membantu orang tuanya menjual ikan. Hari itu terasa sangatlah lama bagi kedua anak yang sedang punya mainan baru. Hari itu mereka hanya membantu sebentar dari biasanya. Mereka berpamitan untuk bermain sepeda mengitari pantai. setelah mencium tangan orang tuanya, mereka bergegas lari menuju tempat mereka memarkir sepeda barunya.
Di hari-hari liburan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersepeda. Namun mereka tidak melupakan rutinitas untuk bercakap berbahasa inggris setiap harinya. Mereka ngobrol menggunakan bahasa inggris ketika sedang bersepeda. Dan kini mereka mendapat gelar bule bersepeda. Warga sekitar yang mendengar mereka berbicara dengan bahasa inggris, mula-mula menganggap mereka berdua adalah orang gila.
Ketika bersepeda sendirian, Andi bertemu dengan Ravi. “mau kemana kak?” sapa Ravi. “ga ada dek. Cuma jalan-jalan biasa” jawab Andi. “ayok mampir kerumah kak” ajak Ravi sambil tersenyum. Andi pun ikut Ravi ke rumahnya. Setelah sampai di rumah Ravi, Andi baru tahu kalau Ravi adalah anak yatim piatu. Anak kecil yang berjualan kue tersebut ditinggal mati kedua orang tuanya semenjak Ravi duduk di kelas 2 SD. Sekarang dia tinggal bersama neneknya seorang. Ravi bisa melanjutkan sekolah hingga saat ini, kelas 4, berkat kue buatan neneknya yang dijual oleh Ravi. Ketika Andi bertanya apakah Ravi tidak malu berjualan, Ravi menjawab bahwa dia tidak pernah malu untuk menjual kue yang halal, demi mendapat uang yang halal pula. Andi mengobrol dengan Ravi hingga matahari hampir jatuh ke ufuk barat. Setelah dirasa cukup mengobrolnya, Andi mohon pamit untuk meninggalkan sang nenek dan cucu tersebut.
Sore adalah jadwalnya Andi dan Movi untuk ke pantai. Sore seolah memanggil mereka berdua untuk datang ke pantai. Mereka berdua tidak pernah meniggalkan sore di pantai, kecuali hari ini. Mereka berdua harus tidak hadir di pantai di karenakan mereka harus menjenguk Amir di rumah sakit kota. Mereka menempuh jarak 20 Km dengan bersepeda.
Dengan jarak yang jauh tersebut, membuat Andi terlambat pulang ke rumah. Andi sampai di rumah tepat setelah adzan magrib selesai berkumandang. Andi setengah tidak percaya melihat rumahnya yang hangus, Andi menampar wajahnya dan berharap bisa bangun dari mimpinya. Tetapi wajah Andi yang terasa sakit karena tamparannya mengakatakan bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Andi berlari mencari ibunya dan ia menemukan ibunya sedang terisak-isak dalam tangis. Setelah Andi berdiri untuk mencari ayahnya, ibunya menarik tangan Andi. Ibu Andi menunjuk ke arah rumah yang hangus terbakar. Ibunya mengatakan bahwa ayahnya kejatuhan penyangga rumah sewaktu mencoba menyelamatkan ibunya. “bapak meninggal bersama rumah tercinta kita nak” ibu berkata sambil meneteskan air mata kesedihannya. Andi menangis menyesali karena pulang terlambat.
Hari-hari berikutnya terasa semakin berat dirasakan oleh Andi. Dia adalah harapan ibunya. Dia menjadi tulang punggung keluarga. Dia harus menamatkan sekolahnya. Dia harus menjadi TNI Angkatan Laut untuk mengusir pencuri-pencuri ikan. Semua pikiran berkecamuk. Tetapi ditengah berkecamuknya pikiran, dia teringat kata-kata ayahnya. “nak, kamu harus sekolah” kata-kata ayahnya tersebut mengiang-ngiang di telinga dan merasuk pikirannya yang sedang kacau. Sebelum meninggal dunia, ayahnya Andi selalu mewanti-wanti Andi agar bisa sekolah setinggi-tingginya untuk mengangkat martabat kaum nelayan. Itulah yang menjadi motivasi Andi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Setelah melakukan sholat istiqharah Andi memutuskan untuk lanjut sekolah dan menamatkan bangku SMP nya.  
Rupanya absen kepantai tidak hanya terjadi di hari kemarin itu. Hari ini ia absen lagi dikarenakan membangun rumahnya yang hangus. Sebagian besar materialnya di berikan oleh keluarga bapaknya Movi dan juga dari keluarganya Anita. Material lainnya di berikan oleh warga lainnya. Warga sekitar sangat berpartisipasi untuk membantu membangun kembali rumah keluarga Andi yang hangus dilahap api. Mereka bergotong royong hingga rumah yang hangus menjadi tegak kembali. Setelah 3 hari rumah di bangun, maka tegaklah rumah kecil dan baru.
Hari itu sekolah mulai beraktivitas lagi. tetapi, bagi Andi sekolah hari ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ia lebih sibuk dirumah. Ia mulai jarang ke pantai. Dan juga jarang bertemu dengan Movi. Mereka jadi jarang belajar bersama. Speaking area berjalan satu minggu sekali. Kelas matematika juga ada ketika guru matematika memberikan PR. Movi yang merasa kesepian mencoba mendatangi Andi di rumahnya. Sebelum sampai di rumah Andi, Dari kejauhan Movi melihat Andi yang sedang bersih-bersih halaman rumah kecilnya.
“assalamualaikum kawan” sapa Movi. “waalaikumsalam” jawab Andi sambil menaruh alat-alat kebersihannya. “jarang sekali kau main di tempat pelelangan ikan? Kau juga jarang main ke pantai?” Movi bertanya. “ ia mov, hari sekarang berbeda dengan hari kemarin. Aku sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan rumah.” Jawab Andi sambil menundukkan kepalanya. Dengan memegang pundaknya Andi, Movi berkata “sabar kawan”. Andi hanya nunduk saja. Melihat kesunyian, Movi berkata lagi. “eh kau kenal Ravi kan? Aku punya usul bagaimana kalau kau berjualan seperti dia?” Andi diam sejenak. Memikirkan usulan sahabat karibnya. Lantas ia teringat bukankah dia yatim piatu? Dia hanya punya nenek, dan Andi punya ibu. Dia teringat kata-kata Ravi “kenapa harus malu menjual kueku yang halal? Toh aku menjual demi uang halal juga”. Kata-kata itu menyihir semangat Andi untuk mencoba mengikuti jejak Ravi.
***
Dengan sekeranjang kue, Andi berangkat ke sekolah. Dia menjajakan kuenya di sepanjang jalan menuju sekolah. Seperti biasa, Andi dan Movi selalu beriringan manuju sekolah. Movi juga membantu mempromosikan kuenya Andi. Kelas bahasa inggris ditunda sementara. Sekolah sambil kerja membuat Andi jarang belajar bareng Movi.akibatnya nilai semester satu di kelas 3, menjadi turun. Yang semula meraih peringkat 2 menjadi peringkat 3. Namun ia tak pernah putus asa. Andi tetap optimis untuk menamatkan sekolah menengahnya.
Semester dua, ibunya melarang Andi untuk berjualan. “nak, kamu fokus sekolah dulu. Untuk kebutuhan sehari-hari kita pakai sisa uang tabungan ayahmu dulu” kata ibunya. Tetapi Andi tetap ngeyel untuk berjualan. “yaudah kalau kamu tetap ingin berjualan, tetapi jualannya hanya di sekolah saja ya.” Kata ibunya.
***
Hari ini pengumuman kelulusan. Andi menunggu gurunya lama sekali. Hatinya berdebar-debar. Tepat pukul 10.00 wib gurunya masuk kelas. Dia duduk di kursi guru. Beliau berdehem sambil melepaskan kacamatanya. Dibersihkannya kacamata tersebut dengan sapu tangannya. Samar-samar Andi mendengar temannya menggerutu. “huh, lama sekali sih”. Sebelum berbicara, pak guru berdehem kembali dan memakai kacamatanya. Selanjutnya dia berpidato sejenak sebagai pembukaan. Dia mengatakan bahwa dari semua siswa kelas tersebut ada siswa yang prestasinya naik drastis. Dari luar terdengar sorak sorai siswa yang sudah keluar duluan. Mereka bersorak merayakan kelulusannya. Sementara di kelasnya Andi, pak guru masih berpidato. Setelah selesai berpidato, dia mengambil raport dan membaca nama yang tertera di raport tersebut. Pak guru mengangkat wajahnya dan memandang kearah Andi duduk. “ Muhammad Andi Mustofa, selamat anda meraih peringkat satu nak. Silahkan maju ke depan nak” katanya sambil tersenyum. Siswa lainnya mengiringi Andi dengan tepukan tangan yang meriah. Andi sangat senang mendapat juara satu yang memang di inginkan sejak masuk sekolah menengah dulu.
Malam harinya keluarga Anita mengundang Andi untuk datang ke acara selamatan karena kelulusan Anita. Hampir setiap tahunnya keluarga Anita selalu mengadakan acara syukuran. Syukuran karena Anita juara satu, syukuran karena Anita naik kelas, dan tahun ini syukuran kelulusan Anita. Di tengah obrolan, bapaknya Anita mengucapkan selamat kepada Andi atas peringkat satunya. “nak Andi, nanti kamu melanjutkan ke SMA Negeri 1 Klakah ya. Barengi Anita disana” bapaknya Anita menawarkan sekolah ke Andi. “tapi om…” belum selesai Andi ngomong, sudah di potong oleh bapaknya Anita. Dan dia berkata lagi “masalah biaya nanti om yang tanggung” bapaknya Anita berkata sambil tersenyum. Andi pun senang sekali, saking senangnya dia cium tangan Anita yang duduk disampingnya. Muka Anita memerah tersipu malu. Andi pun minta maaf dan mengucapkan terimakasih kepada ayahnya Anita. 

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MORFOSINTAKSIS

kenapa harus memlih pmii?

Merindukan seorang kekasih