Hujan
Hujan
Oleh: Havid Mustofa
Oleh: Havid Mustofa
Tak menunggu lama, awan gelap segera menumpahkan segala jenis air yang terkumpul dalam gelapnya. Hujan telah turun membawa segenap kenangan yang tersimpan dalam gumpalan awan hitam. Rangkaian peristiwa-peristiwa hujan kembali mengiang di celah-celah ingatan. Sambil menunggu hujan reda, pikiranku melamun mengingat peristiwa-peristiwa hujan yang menghampiriku.
Masih kuingat masa kecilku yang bersahabat dengan hujan. 12 tahun yang lalu, waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku begitu senang ketika air hujan tumpah ke bumi.. banyak kegiatan yang bisa aku lakukan ketika hujan. Melepas baju dan langsung membiarkan tubuhku di basahi oleh air hujan, aku panggil teman-teman sepermainanku untuk beramai-ramai bermain hujan. Derai tawa kami di antara tetes-tetes hujan yang terjatuh menyerang tubuh kami menambah nikmatnya merasakan bermain hujan. Aku temui hujan yang juga menumpahi lapangan. Bersama bola plastic, kami mulai berlari untuk merebut dan menendang bola. Tak jarang kami terjatuh karena terpeleset. Semua berlalu begitu indah. Menghabiskan waktu bersama hujan.
Kutepis ingatan masa kecilku. Hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan reda. Akupun masih duduk merenung di dalam gubuk, memandangi motorku yang kubiarkan tersirami air hujan. bagi yang tidak sabaran menunggu redanya hujan, memaksa menerobos derasnya hujan. ada yang basah kuyup, ada yang berpayung, ada yang menggunakan daun pisang sebagai pelindung tubuhnya, dan juga ada yang memakai jas hujan sebagai pelindung tubuhnya.
Pikiranku kembali teringat masa-masa sekolah. Waktu itu aku masih SMP. Hujan turun sejak sebelum lonceng pulang sekolah berbunyi.. hujan turun dengan lebat, seakan-akan seluruh isi lautan akan ditumpahkan ke daratan. Satu persatu teman-temanku di jemput oleh orang tuanya. Satu-persatu mereka pulang meninggalkan sekolah. Ada yang dijemput dan ada yang tidak dijemput. Setengah jam telah berlalu sejak berbunyinya bel tanda berakhir kegiatan belajar mengajar. Hujan tak mereda sedikitpun, masih tetap lebat. Satu jam telah berlalu, lapar mulai melemahkan kesabaranku. Aku bergegas menuju toko yang terdapat di samping sekolah. Aku membeli kresek besar berwarna merah, dua biji. Kemudian kulepaskan baju seragamku, kumasukkan ke dalam tas yang sudah terlindungi oleh kresek berwarna merah. lalu aku berlari menerobos lebatnya hujan. aku menikmati perjalanan pulang dengan membasahi tubuhku dengan air hujan.
Hujan telah berganti menjadi gerimis. Stok air di awan sudah habis, hujan telah reda. Aroma pohon yang kehujanan menusuk indera penciuman. Udara sejuk dan dingin mengelus-elus kulit yang tak tertutupi kain. Aku berdiri dari tempat dudukku. Kulangkahkan kaki menuju motorku untuk melanjutkan perjalanan. Kuhidupkan mesin motorku dan mulai menjalankan motor. bersama dinginnya angin, aku menerjal jalan macadam, melewati genangan air yang enggan menyelami bumi. Jalanan semakin menanjak, lintasan semakin licin dan becek. Motor perjuanganku sejenak kuparkir di bawah pohon mangga yang cukup rindang. Kupandangi motorku sejenak, lumpur-lumpur menempel dengan sempurna. Menambah jeleknya motorku yang jelek. Ah, sudahlah.. biar hujan lainnya membersihkan motorku di lain waktu.
Komentar
Posting Komentar