Dingin Bromo Sehabis Maghrib

Dingin Bromo sehabis maghrib
Oleh: Havid Mustofa




Perjalanan menuju bromo dimulai dari Lumajang. Kami berjumlah enam orang, dan tiga sepeda motor yang siap menuju ke wisata bromo. Kami berangkat pukul setengah dua sehabis shalat dhuhur. Ngeng….. kami mulai melintasi jalanan beraspal menuju kawasan wisata bromo.
Tips untuk kalian yang ingin berwisata, jangan lupa bawa  bekal dari rumah. karena biasanya makanan dan minuman di tempat wisata dijual lebih mahal dari harga biasanya. Dari rumah, kami membawa bekal beberapa roti, buah salak, pisang, dan tiga bungkus mie instan, serta tidak lupa satu liter air mineral.
Mengandalkan papan nama, kami nekad berangkat ke bromo. Jalanan mulai menanjak dan dingin mulai menyapa lewat hembusan anginnya. Jalananan berkelok-kelok mulai sering dijumpai. Jalan menuju bromo selain menanjak juga penuh tikungan. Hati-hati yang bawa pacar, awas kena tikung. Hehe
Semakin menanjak, pemandangannya semakin keren. Kanan kiri disuguhi jurang dan bukit. Hijau menyegarkan pandangan mata. Semakin ke atas tentunya semakin dingin, dan tanjakan semakin menanjak. 
Kami tiba di pos pertama sekitar pukul 15.00 WIB. Pos pertama adalah pos yang dikelola oleh pemkab. probolinggo. Disini kami ditarik biaya sebesar Rp. 15.000 untuk dua orang satu sepeda motor. perjalanan masih berlanjut untuk mencapai keindahan bromo yang sesungguhnya. Beberapa ratus meter dari pos pertama, ada pos kedua yang di kelola oleh pihak taman nasional. wisata bromo masuk di kawasan taman nasional bromo semeru tengger. Di pos ini kami dikenakan biaya Rp. 70.000 untuk dua oramg satu sepeda motor.
Sebelum kami turun ke lautan pasir, kami mencari mushola dulu, guna melaksanakan shalat ashar. Setelah menyelesaikan solat ashar, kami langsung turun menuju lautan pasir. Kami berfoto-foto disana dengan pose sekeren mungkin. puas  dengan foto-foto, kami melanjutkan menyusuri padang pasir hingga akhirnya sore mencapai batas waktunya. Sunset yang memukau mulai terlihat sangat indah. Jingga berpadu hitam membentuk lukisan siluet yang amat keren. Tanpa melupakan view gunung bromo dan gunung batok yang terlihat indah sebagai latar belakang foto kami waktu itu.
Selepas itu kami kembali ke atas, menuju mushola tempat kami melaksanakan shalat ashar. Udara semakin dingin, begitu juga air yang kami gunakan untuk berwudhu bertambah dingin. Kami gantian melaksanakan sholat maghrib, karena saling menjaga tas dan barang-barang kami.
Selesai sholat maghrib kami tidak langsung bergegas meninggalkan mushola. Kami masih duduk-duduk di serambi mushola sekaligus menikmati pisang, salak, roti, dan mie instant yang kami bawa dari rumah. sambil menunggu isya, kami menikmati makanan sederhana itu. 
Waktu sholat isya pun tiba, sebagian dari kami ikut shalat jama’ah, sebagian jaga barang bawaan. Selesai shalat isya kami masih duduk di serambi mushola. Kami membicarakan masalah tempat tidur. Kami menuju ke bromo tanpa membawa peralatan camping. Kami tidak membawa tenda. Udara semakin dingin. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar jalan-jalan di sekitar area mushola. Sepeda kami parkir di depan mushola, kami berjalan kaki.
Di luar, kami berjumpa dengan pemilik penginapan. Kami coba Tanya-tanya harga untuk menginap semalam. Kami ditawarin dengan harga Rp. 300.000 untuk dua kamar. Kami coba berembuk dulu dengan teman-teman yang lain. Akhirnya kami memutuskan untuk mengecek kamar. kami sepakat untuk nginap di home stay tersebut. Masing-masing dari kami iuran Rp. 50.000. kami mendapat fasilitas dua kamar tidur, masing-masing terdapat kamar mandi dalam. Selain itu kami difasilitasi ruang TV dan juga dapur.
Sebelum tidur, dua orang dari teman kami keluar untuk membeli mie instan dan kopi sachetan. Mendapat fasilitas dapur, rugi kalau tidak dimanfaatkan. Hehe. Malam itu kami masak mie dan kopi. Sederhana, tetapi terasa sangat nikmat di bromo yang dingin. Kami menikmati mie dan kopi sambil menonton tv yang disediakan pemilik penginapan.
Akhirnya kamipun memilih untuk tidur. Walaupun sudah disediakan selimut, bromo masih tega membiarkan kami dingin. Tetapi kami masih bersyukur. Kami tidak tahu bagaimana dinginnya di luar jika tidak menginap. Kami tidur dalam keadaan tidak nyenyak.
Pukul 03.00 wib kami bangun. Di luar sudah ramai suara jeep yang antri di loket pertama. Oiya, lokasi penginapan kami di dekat pos pertama. Pos yang dikelola oleh pemkab. Probolinggo. Satu persatu teman kami bermunculan, sudah siap memburu matahari terbit. Udara semakin dingin. Aku memutuskan untuk membeli sarung tangan dan penutup kepala. 
Kamipun meninggalkan penginapan melewati pos pertama. Kami menunjukkan tiket yang dibeli kemarin sore dan kami dipersilahkannya. Tiket yang kami beli kemarin berlaku untuk keesokan harinya. Jadi tiket berlaku selama ada di kawasan wisata bromo. Begitu kata bapak pemilik penginapan itu. 
Kami menuju lautan pasir. Kami mengendarai sepeda motor mengikuti jeep. Tapi dipikir-pikir kok jeep semakin jauh dari arah kawah bromo. Kamipun berhenti dan bertanya ke orang yang kebetulan ada disitu. Rupanya jeep itu menuju penanjakan 1. Akhirnya kami memutar balik arah kendaraan kami.
Kami sedikit berdebat tentang arah menuju kawah bromo. Disini, mereka baru pertama kali ke bromo. Bagiku, ini sudah keduakalinya ke bromo. Pertama pada waktu jaman SMA dulu. Akhirnya aku nekad mengambil jalan lurus ke arah gunung bromo sesuai insting dan sedikit ingatanku dulu. Dan akhirnya sampai di lokasi parkir sepeda motor.
Setelah sampai di lokasi parkir sepeda motor, kami harus menunggu di tukang parkir karena pada saat itu tukang parkir belum datang. Sebagian teman kami melaksanakan shalat subuh. Aku tidak, karena tidak sempat berwudhu dan aku tidak mengerti tata cara bertayammum.
Akhirnya kami berangkat juga menuju kawah gunung bromo. Jalurnya masih sepi dari kuda, sehingga udara masih sangat segar, tidak bau tai kuda. Beberapa meter kami melangkah ada teman kami yang mulai kelelahan. Kami istirahat sejenak. Istirahat itu perlu lho untuk suksesnya menuju puncak. Jika sedang dalam kondisi capek, jangan dipaksakan untuk melanjutkan perjalanan.
Beberapa menit berlalu kami sampai di bawah tangga yang menuju ke kawah bromo. Tetapi, satu teman kami merasa tidak kuat melangkah lagi. Akhirnya, kami istirahat cukup lama sebelum memutuskan untuk meninggalkannya.
kami berempat meneruskan menaiki tangga, sementara dua teman kami tinggalkan. Yang satu kecapekan, yang satunya lagi memilih untuk menemaninya. 
Udara semakin dingin ketika kami sampai di atas. Suasana masih remang-remang. Matahari belum terbit, sementara kawah bromo tetap mengeluarkan asapnya. Disana, seperti biasa kami foto-foto untuk mengabadikan kenangan ini. Dengan segala pose setampan dan sekeren mungkin. 
Sementara asyik berfoto, kulihat dua teman kami menyusul. Satu persatu tangga dinaikinya hingga akhirnya sampai di puncak juga. Ketika sampai di puncak, ia langsung duduk dengan nafasnya yang tengah memburunya.
Dari kejauhan, matahari mulai terbangun dari ufuk tidurnya. Semburat langit memerah muncul dengan indahnya. Kulihat beberapa wisatawan asing maupun lokal mengabadikannya dalam kamera DSLR maupun kamera teleponnya. Kamipun tak ketinggalan untuk mengambil beberapa jebretan. Hingga pada akhirnya matahari muncul dengan bentuk bulat sempurna. Perlahan sinarnya menyilaukan pandangan mata. Begitupun dingin yang mulai hilang perlahan.
Kami puas menikmatinya, kamipun memutuskan untuk turun. Dalam perjalanan menuruni tangga, kami bersalipan dengan wisatawan yang sedang menuju kawah bromo. Selesai menuruni tangga, kami diam sejenak untuk melihat-lihat bapak-bapak penjual bunga edelwise. Selain itu kami menikmat wisatawan yang tengah turun dari kuda. Dan kami melanjutkan perjalanan menurun menuju tempat parkir sepeda motor. berpuluh-puluh wisatawan berjalan berbeda arah dengan kami. Sebagian berjalan kaki, sebagian naik kuda. Sebagian jalan sendiri, sebagian bergerombol. Suasana perjalanan diwarnai dengan bau tai kuda. Pesing menyengat.
Kami tiba di parkiran dan melanjutkan perjalanan pulang. Setelah kami membayar uang parkir sebesar Rp. 5.000, kami menancap gas meninggalkan area parkir. Sepanjang perjalanan kami melewati jeep yang tengah parkir dan juga jeep yang tengah menuju kawah bromo. Sebuah pemandangan yang jarang kami dapatkan. Kamipun meninggalkan bromo dan jejak-jejak sepatu kami. Dan kami membawa kenangan berupa foto sebagai pengingat ketika lupa.


Total biaya liburan di bromo
Loket pos 1 = Rp. 15.000 (2 orang 1 sepeda motor)
Loket pos 2 = Rp. 70.000 (2 orang 1 sepeda motor)
Home stay = Rp. 100.000 (2 orang )
Parkir motor = Rp. 5.000
Total = Rp. 190.000 (2 orang) / Rp. 95.000 per orang
Oiya, selain itu kami juga ada biaya buat beli bensin. Tentunya iuran juga. Hehe


sekian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MORFOSINTAKSIS

kenapa harus memlih pmii?

Merindukan seorang kekasih