KERJA dan ORGANISASI
KERJA
Seberes menyelesaikan
skripsi, saya memutuskan untuk mengumpulkan dana nikah. Hitung-hitung mengisi
waktu kosong sembari menunggu tanggal wisuda. Keinginan untuk bekerja ini
sebenarnya hanya rahasia saya pribadi sih, namun saya iseng-iseng untuk bertanya
perihal lowongan pekerjaan di lembaganya. Entah ini rencana tuhan atau tidak,
tanpa instruksi dari saya, kawan saya ini langsung memberi nama saya ke
atasannya yang berlajut atasannya tersebut menghubungi saya. Beliau bilang
bahwa lembaganya lagi membutuhkan tenaga. Secara halus dan secara tidak
langsung ini merupakan permintaan agar saya mengisi posisi kosong tersebut.
Saya jelaskan dulu ya, bahwa lembaga ini memiliki beberapa cabang, salah
satunya di kota tempatku kuliah dan kota tempatku lahir. Pada awalnya saya
ditawari kerja di cabang yang menurut saya lumayan jauh, sehingga saya agak
keberatan dan mengajukan masa tunggu untuk melengkapi berkas-berkas wisuda
saya. Keberatan saya adalah ketika nanti harus wira-wiri ketika mengurusi
berkas-berkas tersebut. Akhirnya diberi masa tunggu tersebut.
Empat hari kemudian, si
bos kembali menghubungi saya. Beliau bilang bahwa cabang yang di kota lahirku
juga membutuhkan tenaga. Sembari berpikir sejenak saya dibuat bingung, karena
ketika itu saya belum sempurna mengumpulkan berkas-berkas wisudaku. Di sisi
lain, saya juga lebih ingin mengisi posisi di cabang tersebut dengan alasan
lebih dekat dengan rumah ataupun dengan kota tempat kuliahku, sehingga
wira-wiriku ndak terlalu menguras tenaga lebih.Tanpa berpikir tiga kali, saya
iyakan tawaran tersebut sehingga dua hari selanjutnya saya diminta untuk mulai
training.
Sebenarnya memilih
kerja atau tidak adalah sebuah pilihan, namun bagi saya adalah bahwa seorang
lelaki itu kelak harus menafkahi keluarganya, minimal mampu membiayai diri
sendiri. Di sisi lain, kerja akan sangat mengganggu dan mengurangi jadwalmu
untuk jalan-jalan. Tetapi jalan-jalan juga butuh duit dong, ndak mungkin melulu
untuk meminta terus kepada orang tua. Hal lain yang memaksa saya untuk memilih
kerja adalah untuk melepas dari jerat kegabutan. Saban hari saya di rumah,
terlalu sering merasa dicumbu kegabutan. Misalnya selepas makan lalu minum,
lalu berak, lalu mandi, lalu tiduran sambil berpegang hape dan membuka sosmed
seperti instagram, whatsapp, facebook, dan twitter. Mau buka youtube eman
paketan. Nah, selalulah itu yang setiap hari terjadi. Di kost pun juga begitu,
hanya saja bedanya ada temannya yang sama-sama memiliki kegabutannya + kadang
ngampung wifi di kost nya teman, tapi tetep saja gabut. Oleh karenanya saja
merindu berktivitas seperti orang-orang yang sok keliatan sibuk gitu lhoo.
Lalu masuklah saya ke
dunia kerja sebagai marketing rumah belajar, semacam lembaga bimbel gitu tuu.
Awalnya saya dredeg dan menebak-nebak akan berbuat apa nanti ya… biasa belum
berpengalaman bekerja. Lahan perlahan saya mulai memahami sistem kerja saya
yakni bikin event-event di sekolah yang nantinya bisa menarik siswa untuk
tertarik belajar bersama di lembaga kami, intinya mencari murid gitu lho. Dan
selama dua hari ini saya cukup menikmatinya meskipun terbilang kaku dan perlu
dibimbing untuk ini itunya.
Sebelumnya, ketika di
semester-semester maba dulu saya pernah ikut organisasi. Sebut saja organisasi
PMII. Disana saya diajari banyak hal, salah satunya adalah pernah menjadi humas
acara. Nah ilmu yang saya diperoleh di organisasi sangat bermanfaat dan
memiliki peran dalam dunia kerjaku saat ini. bertemu orang-orang baru, bikin
event, dll. Semua prosesnya sama seperti proses saat di organisasi, hanya saja
kali ini lebih serius. Jika dulu di organisasi sering berbuat kesalahan dan
dimaklum, maka hari ini setiap kesalahan tidak layak dimaklum.
Sekian dulu pengalaman
ini, soalnya masih banyak kerjaan. Lain kali bila ada pengalaman baru, akan
kuceritakan lagi kepada kalian. Terimakasih sudah mau meluangkan untuk membaca.
.
BalasHapus